Senin, 07 November 2016










asal usul dan sejarah berdirinya candi borobudur
 23.31  borobudur  candi  Sir Thomas Stamford Raffles  warisan budaya dunia


"Candi Borobudur 3". Licensed under GFDL via Wikipedia.

candi borobudur merupakan warisan budaya indonesia yang sudah terkenal sampai ke seluruh dunia bangunan ini merupakan candi budha terbesar didunia dan ditetapkan sebagai salah satu warisan budaya dunia oleh UNESCO.bentuknya yang megah dan detail arsitekturnya yang unik membuat semua orang ingin mengunjungi borobudur yang penasaran dengan ceritanya,borobudur mencuri perhatian dunia sejak HC cornelius menemukan lokasinya atas perintah Sir Thomas Stamford Raffles pada tahun 1814.pekerjaan menggali lokasi yang diduga monumen besar kemudian dilanjutkan oleh hotman salah satu pejabat pemerintah belanda yang saat itu para arkeolog berlomba lomba mencari tahu asal usul candi budha terbesar didunia ini

asal usul candi borobudur

candi borobudur diyakini merupakan peninggalan kerajaan Dinasti Sailendra masa pemerintahan raja Samaratungga dari Kerajaan Mataram Kuno dan selesai dibangun pada abad ke-8.banyak sekali misteri candi borobudur yang belum terkuak ,apa sebenarnya nama asli candi borobudur tidak ada prasasti atau buku yang menjelaskan dengan pasti tentang pembanguan borobudur,ada yang mengatakan nama tersebut berasal dari nama samara budhara memiliki arti gunung yang lerengnya terletak teras teras ada juga yang mengatakan borobudur berasal dari ucapan para budha yang mengalami pergeseran satu satu nya tulisan yang menyebutkan borobudur pertama kali adalah thomas Sir Thomas Stamford Raffles dalam bukunya yang berjudul sejarah pulau jawa .para ahli sejarah memperkirakan Sir Thomas Stamford Raffles menyebut borobudur dari kata bore dan budur ,bore artinya ialah desa sebuah desa yang terletak di dekat lokasi letak candi borobudur ditemukan sedangkan budur artinya purba

sejarah berdirinya candi borobudur diperkirakan dibangun pada tahun 750 masehi oleh kerajaan syailendra yang pada waktu itu menganut agama budha,pembangunan itu sangat misterius karena manusia pada abad ke 7 belum mengenal perhitungan arsitektur yang tinggi tetapi borobudur dibangun perhitungan arsitektur yang canggih ,hingga kini tidak satu pun yang dapat menjelaskan bagaimana cara pembangunan dan sejarah candi borobudur ini

Sudah banyak ilmuan dari seluruh penjuru dunia yang datang namun tidak satu pun yang berhasil mengungkapkan misteri pembangunan borobudur. Salah satu pertayaan yang membuat para peneliti penasaran adalah dari mana asal batu-batu besar yang ada di candi borobudur dan bagai mana menyusunnya dengan presisi dan arsitektur yang sangat rapih. Ada yang memperkirakan batu itu berasal dari gunung merapi namun bagaimana membawanya dari gunung merapi menuju lokasi candi mengingat lokasinya berada di atas bukit.

Candi borobudur memiliki 72 stupa yang berbentuk lonceng ajaib, Stupa terbesar terletak di puncak candi sementara yang lain mengelilingi stufa hingga kebawah. Ketika ilmuan menggambar denah candi borobudur, mereka menemukan pola-pola aneh yang mengarah pada fungsi borobudur sebagai jam matahari, jarum jamnya berupa bayangan stupa yang besar dan jatuh tepat di stupa lantai bawah  namun belum di ketahui secara pasti bagaimana pembagian waktu yang di lakukan dengan menggunakan candi borobudur ada yang mengatakan jam pada candi borobudur menunjukan tanda kapan masa bercocok tanam atau masa panen.

misteri candi borobudur dan angka 1

Bagian dalam rangka arsitektur candi borobudur bila di amati secara matematik ada misteri yang menarik yang mengarah dari angka satu, beberapa bilangan yang berada di candi bila di jumlahkan angkanya akan selalu menghasilkan angka satu bagaimana ceritanya, sebelum menceritakan misteri angka satu perlu di ketahui tentang tingkatan ranas spiritual budha yang ada di candi borobudur. Tingkatan yang pertama adalah Kamadhatu yaitu dunia yang masih di kuasai oleh kama atau nafsu rendah bagian ini sebagian besar tertutup oleh tumpukan batu yang di buat untuk memperkuat konstruksi candi tingkatan kedua adalah rupadhatu yaitu dunia sudah bisa membebaskan diri dari nafsu tetapi masih terikat rupa dan bentuk area tersebut adalah 4 pundak teras yang membentuk korang kriling yang ada pada dindingnya di hiasi galery relief lantai yang berbentuk persegi pada 4 lorong itu ada 1.400 gambar relif panjang relif seluruhnya 2 setengah kilometer dengan 1.212 panel dekoratif tingkatan ketiga adalah Arupadatu merupakan tingkatan tertinggi yang melambangkan ketiadaan wujud yang sempurna pada area ini denah lantai yang berbentuk lingkaran yang melambangkan bahwa manusia telah bebas dari segala keinginan dari ikatan bentuk dan rupa namun belum mencapai Nirwana. Pertama candi borobudur memiliki 10 tingkatan jika di jumlahkan 1 di tambah 0 hasilnya 1 angka satu lainnya mucul pada area Arupadatu area ini adalah area 4 tingkat paling atas candi, pada tingkat pertama terdapat satu candi tingkat kedua terdapat 16 candi tingkat ketiga terdapat 24 candi tingkat ke 4 terdapat 32 candi jumlah candi yang berada di area arupadhatu adalah 73 buah jika di jumlahkan 7 dan 3 hasilnya adalah 10 dan jika di jumlahkan lagi 1 dengan 0 hasilnya 1. angka satu yang terakhir muncul pada jumlah keseluruhan pada patung candi borobudur ada 505 buah patung disana bila angkanya di jumlahkan hasilnya juga angka satu

Candi Borobudur dibangun diatas sebuah danau Purba


gambar candi borobudur -Wikipedia
Misteri tentang adanya danau purba muncul ketika seorang seniman belanda mengajukan sebuah teori bahwa dulunya dataran gedung tempat borobudur berdiri merupakan sebuah danau, jika di lihat dari atas borobudur melambangkan sebuah bunga teratai, teratai biasanya tumbuh di atas air postur budha yang berada di puncak borobudur melambangkan sutra teratai yang banyak di temui dalam naskah agama budha teori ini menimbulkan pertentangan yang cukup pelik. Para arkeolog menemukan bukti-bukti arkeologi yang membuktikan bahwa kawasan sekitar borobudur pada masa pembangunan candi adalah dataran kering bukan dasar danau purba sementara pakar geologi malah mendukung seniman Belanda ini. Mereka menemukan endapan senimen lumpur di dekat candi penelitian ini di lakukan tahun 2000 dan mendukung keberadaan danau purba di sekitar borobudur bukti tersebut menunjukan bahwa dasar bukit dekat borobudur pernah kembali terendam dan menjadi tepian danau sekitar abad ke-13 dan ke-14. itulah penjelasan tentang candi borobudur yang membuktikan bahwa nenek moyang kita mampu membuat karya megah sepanjang masa semoga karya ini terjaga dari generasi ke generasi.

relief candi borobudur dan kisah mahabarata

Didalam candi borobudur terdapat sebuah relief yang mengisahkan tentang satu karya sastra yang cukup terkenal yaitu MAHABARATA.maha barata ini sebenarnya bukan kisah nyata dan juga bukan kitab agama karena penulisnya bukan Nabi tapi maha barata ini karya sastra dalam kitab adi parwa itu maha barata kitab pertama nah ada kisah mengenai pandawa dan kurawa keduanya leluhurnya sama yaitu bangsa kuru tapi mempunyai sifat yang berbeda kurawa kususnya durya dana itu mempunyai sifat yang licik dia penngen kuasai ini warisan kerajaan oleh kelompoknya kurawa atau yang terwakili 100 orang dengan duryadana ini. Maka durya dana mengundang kunti ibunya pendawa maka dengan anaknya lima pendawa lima di undang untuk pergi ke suatu tempat untuk bermalam dan bermain di sana nahh ketika mereka bermalam maka rumahnya tuh di bakar untung kunti dan pandawa tidak terbakar hidup-hidup tapi bisa meloloskan diri dan menyelamatkan di hutan di dekatnya. Dalam perjalannya di tengah hutan maka pandawa sampai pada kerajaan yang namanya pancalaini lalu pandawa ini menggunakan pakaian penyamaran pakaian brahmana mengikuti sayembara dan tentunya arjuna yang mewakili dia mempunyai kehebatan dalam hal memanah memenangkan sayembara ini. Sesampainya pandawa di rumah dia menceritakan kepada ibunya kunti kemenangan tersebut, "kami memenangkan sayembara kami dapat hadiah lalu ibunya dengan suara berwibawa seorang ibu begini nak apapun yang kamu dapatkan kamu harus adil itu hadiah harus di bagi lima tapi ibu, tetapi tidak alasan kamu harus mendengar orang tua di bagi rata, tapi bu , tidak tapi-tapian. lalu sepakat di bagi lima nah kunti ibunya baru tahu bahwa hadiahnya termasuk drupadi seorang wanita karena tidak mau menjilat lidahnya dan kata-katanya maka apa boleh buat drupadi harus menikahi 5 orang laki-laki.

http://www.anton-nb.com/2015/09/sejarah-candi-borobudur.html
PAK NARTO, SAKSI SEJARAH PERTEMPURAN KEMIT









Siang itu udara cukup panas di kota Gombong. Saya sedang menelusuri tokoh dan saksi sejarah revolusi fisik antara Indonesia dengan Belanda di wilayah Gombong, Kebumen. Sampailah saya di rumah Bpk Narto yang terletak di Gang Sindoro III Nomor 2 Gombong. HR Soenarto Danusumarto, nama aslinya, saat ini masih menjabat ketua Legiun Veteran Republik Indoneisa (LVRI) Cabang Kebumen sekaligus Koordinator LVRI Se-Kedu. Beliau adalah saksi dan pelaku sejarah pertempuran Kemit yang diabadikan dengan keberadaan Monumen Kemit di dua tempat. Satu tempat di  tepi jalan Karanganyar-Gombong dan satunya di Jembatan Karanganyar[1]

Saya saya dan istri bertandang ke rumahnya, nampak ada beberapa orang menemui beliau. Saat itu ada seorang wartawati dari Trans 7 dalam rangka program siaran “Tau Gak Sih?” sudah mendahului saya mewawancarai pak Narto. Saya langsung bergabung dalam pembicaraan diantara mereka sebelum wawancara resmi dan penyutingan dilaksanakan.

Waktu beberapa puluh menit saya pergunakan untuk mencari tahu seputar aktivitas Pak Narto semasa perjuangan dahulu dan beberapa informasi penting seputar tempat-tempat bersejarah yang tidak jauh dari kediaman Pak Narto yaitu Benteng Van der Wick (baca: Van der Weigh).

Pria berusia 86 ini masih terlihat gagah dan berwibawa, khususnya saat menggunakan seragam veteran. Sambil menunjukkan lencana Bintang Gerilya, beliau mengatakan bahwa dirinya berhak dimakamkan di Makam Pahlawan Kalibata, namun dirinya lebih memilih dimakamkan di Gombong apabila kemudian hari kelak Tuhan memanggilnya. Pernyataan Pak Narto menunjukkan bahwa beliau memang bukan orang sembarangan dalam rangkaian sejarah kemerdekaan. Beliau adalah salah satu aset Gombong dan Kebumen sebagai pelaku sejarah perjuangan kemerdekaan.

Di ruang tamunya terpampang banyak foto, al., berjabat tangan bersama Presiden Soeharto, berjabat tangan bersama Presiden Soesilo Bambang Yudoyono, lukisan hasil pemberian Martha Tilar (pemilik Martha Tilaar Group (MTG), sebuah grup usaha industri jamu dan kosmetika dengan produk merek dagang Sariayu Martha Tilaar)[2]. Ibu Martha Tilar saat ini sedang berencana membangun museum di rumah peninggalan orang tuanya tersebut[3].

Saya diajak melihat-lihat ruang tamu yang berhiaskan foto dan tombak-tombak peninggalan leluhur sampai ke belakang dimana di sana-sini dipenuhi foto dan buku-buku. Saat saya berkata, “maaf lho mbah masuk ke dalam...” dia hanya berujar, “tidak apa. Ini rumah kalian juga”. Sebuah pernyataan yang menyiratkan bahwa rumah kediaman Pak Narto merupakan sebuah museum hidup yang dapat dikunjungi dan diakses siapapun.

Sebelum di wawancarai dan disyuting, saya sempat mendengar pernyataan kontroversial Pak Narto terkait keberadaan Jepang di Indonesia. Beliau berkata, “Kita harus bersyukur Jepang ada di Indonesia. Jika tidak ada Jepang, kita mungkin akan tetap terjajah dan tidak merdeka!”. Sontak saya terkaget-kaget karena sampai hari ini saya tetap memegang teguh catatan sejarah bahwa kedatangan Jepang lebih buruk daripada Belanda karena 350 tahun Belanda memerintah dan berkuasa di Indonesia, sekalipun menjajah dan merugikan, mereka membangun infrastruktur pendidikan dan pembangunan gedung-gedung penting yang selama ini dapat kita saksikan kemegahan dan kelanggengan fungsinya di zaman modern. Sementara Jepang yang hanya memerintah seumur jagung yaitu 3,5 tahun telah melakukan kerusakan hebat dan pembunuhan luar biasa atas rakyat Indonesia. Kelaparan terjadi dimana-mana dan bangsa Indonesia mengalami masa pahit dengan memakan gaplek dan memakai pakaian karung goni.

Ketika saya konfrontir dengan data-data yang saya ketahui sebagaimana saya jelaskan di atas, beliau menjawab demikian, “Memang jika kita hanya melihat dari sudut pandang negatifnya, Jepang memang telah mendatangkan kerusakan. Namun jika kita pandang dari sudut pandang positip, justru melalui Jepanglah kita belajar berperang dan berani melawan tentara Belanda”. Saya manggut-manggut sejenak berusaha untuk mencerna dan mengerti.

Beliau melanjutkan, “di bawah pemerintahan Jepang, orang Indonesia dilatih berperang dan menyanyikan lagu-lagu yang menimbulkan gelora perlawanan terhadap Belanda. Bukan hanya itu, setiap lulusan militer Jepang dalam tempo 2 bulan sudah menjadi perwira terlatih dalam medan tempur”. Beliau menyebut sejumlah nama dan yang saya ingat hanyalah dua tokoh yaitu Jendral Sudirman yang berlatar belakang guru dan Jenderal Sarbini yang namanya diabadikan menjadi nama salah satu jalan di Kebumen karena beliau adalah warga Kebumen.

Dengan bekal pelatihan tempur oleh Jepang, bangsa Indonesia memiliki kemampuan untuk menghadapi Belanda kelak. Khususnya dengan didirikannya kesatuan Tentara Pelajar (PETA) yang dikemudian hari akan menjadi pasukan-pasukan perlawanan bersenjata yang ditakuti Belanda.

Percakapan tersebut membuat saya merenungkan satu hal, bahwasanya kita harus memandang sebuah peristiwa dengan obyektif dan menyeluruh. Ada aspek positip dan negatif dibalik semua peristiwa yang terjadi dalam kehidupan. Jika kita hanya melihat aspek negatifnya, maka kita akan selalu menjadi orang yang berkeluh kesah dan menyerah pada takdir dan keadaan. Namun jika kita melihat dari aspek positipnya, maka kita akan selalu menjadi orang yang dapat melihat peluang dan kesempatan dibalik penderitaan dan kesulitan hidup.

Dari percakapan dengan Pak Narto, saya pun mendapatkan informasi mengenai dua tempat bersejarah di wilayah Gombong tidak jauh dari rumah beliau yaitu Benteng Van Der Wijk (baca: Van der Weigh) dan Kerkkoof (artinya Taman Gereja namun kemudian lebih diartikan pemakaman warga Belanda).


Berbeda dengan pemahaman umum mengenai keberadaan Benteng Van der Wick yang dianggap sebagai benteng pertahanan, saya mendapatkan informasi bahwa keberadaan benteng yang didirikan tahun 1817 (menurut Pak Narto) atau 1818 (menurut tulisan di benteng) dahulunya adalah benteng tempat menaruh persediaan pangan untuk kebutuhan ekonomi dan perdagangan. Tidak ada yang tahu siapa yang mendirikan benteng ini. Nama “Van der Wick” adalah nama yang disematkan setelah paska kemerdekaan dengan merujuk bahwa pernah salah satu kapten Belanda bernama Van der Wick meminta namanya disematkan di benteng tersebut setelah berhasil mengalahkan perlawanan Pangeran Diponegoro pada tahun 1830. Namun beliau merunut lebih jauh bahwa nama yang pernah disandang benteng tersebut dihubungkan dengan nama David Cochius (1787-1876), seorang Jenderal yang bertugas di daerah barat Bagelen yang namanya juga diabadikan menjadi nama Vort (benteng) Generaal Cochius.

Beberapa ratus meter dari benteng ke arah Timur ada areal pemakaman Belanda yang saat ini sudah bercampur dengan makam penduduk. Kondisinya memprihatikan dan tidak terawat. Banyak situs penting hilang dan rusak karena faktor kelalaian dan kejahatan. Faktor kelalaian adalah kurangnya pihak-pihak terkait yang bertanggung jawab dengan keberadaan makam tersebut dimana ada sejumlah makam yang jatuh ke sungai karena tergerus abrasi air sungai. Sementara faktor kejahatan adalah pencurian situs makam al., patung-patung dan batu-batuan tertentu.




Akhirnya Pak Narto pun diwawancarai resmi dan disyuting. Setelah beberapa waktu lamanya, selesailah wawancara dan saya pun turut berpamitan dengan membawa satu naskah copyan “Hari Lahirnya Pancasila” yaitu petikan pidato Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945.

Semangat juang Pak Narto telah membangunkan kembali semangat kebangsaan sebagai kaum muda untuk meneruskan perjuangan pembuka zaman baru yaitu kemerdekaan dengan mengisinya dengan berbagai karya bermanfaat di segala bidang.

Saya teringat pernyataan beliau saat diwawancarai wartawan Suara Merdeka ketika diminta pandangannya tentang proklamasi dan kemerdekaan Indonesia, “Dia menuturkan munafik bila ada orang mengatakan sampai 67 tahun ini Indonesia belum merdeka. Bahwa masih ada kekurangan, kemiskinan, ketidakadilan, termasuk korupsi, memang iya dan itu tantangan kita. Namun jangan lupa, kata dia, tanpa perjuangan para pendahulu mengusir penjajah dan perjuangan Soekarno, Hatta, dan lain-lain membakar emosi rakyat, jangan harap Indonesa merdeka. “Jangan samakan dengan Amerika. Mereka sudah ratusan tahun merdeka. Kita baru 67 tahun,” ujar dia”[4]

Tugas kitalah para generasi muda untuk mengisi sebaik mungkin kemerdekaan dan melakukan perjuangan baru dengan mengalahkan kebusukan dan kemalasan serta mentalitas korupsi yang menggerogoti tubuh Indonesia yang telah dimerdekakan oleh para pendahulu kita. Indonesia sudah merdeka baik De Facto maupun De Jure. Namun lemahnya mentalitas bangsa yang telah dimerdekakan harus dikikis habis sebagai bentuk perjuangan tiada akhir dari generasi masa kini dan yang akan datang.


END NOTES

[1] Teguh Hindarto, Monumen Kemit dan Sang Perancang
http://historyandlegacy-kebumen.blogspot.com/2013/02/monumen-kemit-dan-sang-perancang.html

[2] Martha Tilaar
http://gombong.com/?page_id=21

[3] Bangun Museum di Gombong, Martha Tilaar Ingin Majukan Masyarakat
http://lifestyle.okezone.com/read/2012/09/04/196/684790/bangun-museum-di-gombong-martha-tilaar-ingin-majukan-masyarakat

[4] Soenarto Danusumarto, ”Ensiklopedi” Sejarah:Berkawan Baik dengan Mantan Tentara Penjajah, Suara Kedu, 26 Agustus 2012
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/08/26/196536/Berkawan-Baik-dengan-Mantan-Tentara-Penjajah


Diposkan oleh Teguh Hindart
ASAL MULA DESA GOMBONG

Dulu sebelum Indonesia merdeka, terjadi suatu kejadian di suatu daerah yang diangkat dari situs di daerah tersebut yang ada pada zaman dahulu berupa sumur gedhe.
Konon pada zaman dahulu kala tumbuh sepasang pohon beringin di suatu daerah, tepatnya pohon beringin itu tumbuh terpisah. Kata orang terdahulu pohon
itu tumbuh terpisah dengan jenis yang berbeda yang satu laki-laki dan yang satu perempuan. Pohon itu tumbuh subur dan sangat tinggi. Karena tingginya, sehingga pohon itu bisa tampak dari jarak yang sangat jauh. Ternyata kedua pohon itu mempunyai kesamaan karena di bawah kedua pohon itu terpancar suatu sumber mata air yang jernih sehingga dapat dimanfaatkan untuk
kebutuhan sehari-hari oleh masyarakat sekitar. Tak hanya itu, sumber air itu dapat menyembuhkan penyakit pa saja jikalau air tersebut diambil oleh seorang pertama kali. Walaupun saat musim kemarau panjang sumber air itu tetap memancarkan air tetapi pancaran air dari kedua pohon beringin itu tidak dapat mengalir kemana-mana yang biasa dikatakan oleh orang jawa dengan bahasa ngembong. Dengan adanya peristiwa itu sehingga masyarakat menamai daerah itu Desa Gembong.
Akhirnya oleh penduduk sekitar di kedua titik sumber tersebut dibangun sumur dan dengan bertambahnya usia beringin tersebut mati. Tetapi anehnya banyak orang mengalami kejadian buruk di sumur tersebut. Terkadang orang menjumpai ular di dalam sumur tersebut dan suara tangisan bayi, sehingga sumur itu dikeramatkan dan setiap kali ada acara pernikahan diharuskan untuk membuat sesaji dan ditaruh di bawah pohon beringin serta dibawa ke makam-makam yang biasa disebut nyadran.
Dulu adat ini wajib dilakukan, tetapi seiring perkembangan zaman, masyarakat mulai mengikuti era globalisasi sehingga adat ini mulai ditinggalkan karena dianggap oleh masyarakat sebagai wujud penyembahan kepada roh halus dan melanggar syariat agama. Adat yang masih dilakukan sampai saat ini adalah megengan dan ketupatan. Adat megengan biasa dilaksanakan sebelum menunaikan ibadah puasa, sedangkan ketupatan dilakukan 15 hari sebelum bulan puasa dan 6 hari sesudah bulan puasa.
Sampai saat ini kedua sumur itu masih ada tetapi tidak dipergunakan oleh masyarakat sekitar. Sekian ulasan awal mula dari Desa Gembong yang sangat menarik untuk dikunjungi.(mashans)